Masa Putih abu-abu

Masa SMA paling ditunggu semua orang khususnya anak SMP atau MTs kelas IX. Mereka ingin cepat lulus agar bisa menggunakan seragam kebanggaan anak SMA. Semua pasti paham yang dimaksud seragam kebanggaan. Iya tidak salah lagi seragam yang dimaksud adalah putih abu-abu. 

Seragam ini paling favorit anak SMA dari seragam lainnya. Apalagi jika sudah kelas XII seragam ini menjadi segalanya bagi mereka. Dan menjadi kebanggaan sekaligus ajang pamer di depan adik kelas. Seragam ini seolah dapat menjelaskan bahwa kita kakak kelasnya yang harus dihormati. Walaupun begitu kita tidak semena-mena menyalahgunakan seragam ini. Kita tidak menggunakan untuk bullying adik kelas, memperbudak, atau yang lainnya.

Karena kami punya sopan santun dan sadar kita di sekolah agama. Disini kami belajar ilmu pengetahuan umum sekaligus ilmu agama. Rasanya tidak enak jika bercerita tanpa mengenal. Aku Dian nama lengkapku Siti Puji Dian. Aku biasa dipanggil Dian tapi beberapa temanku memanggilku Sitpud, Sit dan lainnya. Sekarang aku kelas XII lebih tepatnya XII MIPA 3. Saat kelas X aku belum merasakan bahagia ataupun bangganya memakai seragam ini. Bagiku menggunakan seragam putih abu-abu hal yang biasa. Karena memang sudah aturannya menggunakan seragam ini. Hingga saat kelas X semester 2 aku merasakan sedihnya tidak bisa menggunakan seragam ini lagi. Hal ini karena munculnya virus covid-19 yang membuat sekolah diliburkan dan pembelajaran dilakukan online. Semua orang bahagia dengan pengumuman libur ini. Rasanya senang sekali libur panjang karena biasanya hanya libur di hari minggu. Ternyata libur semakin diperpanjang dan justru membuat semua orang semakin pusing.

Saat itu aku kehilangan banyak masa bersama teman-temanku. Masa yang seharusnya bisa menjadi kenangan saat lulus nanti. Tapi aku tidak bisa merasakan masa itu. Karena pembelajaran dilakukan secara daring lewat grup WhatsApp, Classroom, e-learning dan lainnya. 

Masa ini yang paling aku benci. Jujur pembelajaran daring membuatku bosan dan pusing. Aku tidak bisa memahami pembelajaran dengan maksimal.

Selama daring keseharianku hanya terpaku pada hal yang sama. Kegiatanku dimulai seperti biasa saat sekolah tatap muka hanya saja bedanya tepat jam 07.00 aku bersiap-siap untuk absen online di e-learning. Setelah itu, membuka bahan ajar untuk melihat dan mempelajari materi yang diberikan guru. Kemudian mengerjakan soal dan meng-upload di e-learning.

Bagian terburuk dari pembelajaran daring adalah aku tidak mendapatkan uang jajan sama sekali dan tidak bisa keluar rumah karena lockdown. 

Bicara soal daring aku punya momen yang tidak terlupakan untukku. Suatu hari saat daring seharusnya aku absen jam 07.00 tapi hari itu aku terlambat absen karena kesiangan. Rasa takut dan sedih bercampur menjadi satu. Akhirnya kuputuskan mengirim pesan kepada guru mata pelajaran tersebut untuk meminta maaf.

Dan hari berikutnya aku melakukan kesalahan yang sama. Saat itu pelajaran akan dilaksanakan via Zoom. Dan aku terlambat bangun lagi. Tidak ingin membuang banyak waktu aku langsung bersiap-siap untuk mengikuti pembelajaran. Walaupun pembelajaran telah dimulai untungnya aku masih bisa bergabung meskipun terlambat. Dari sana aku mengerti bahwa bisa bersekolah offline adalah anugerah luar biasa dari Allah untuk kita semua. 

Saat aku menginjak kelas XII ternyata pembelajaran masih dilaksanakan secara daring. Mendengarnya saja rasanya ingin pingsan. Jujur saja aku tidak sanggup pembelajaran daring di kelas XII.

Namun ternyata pembelajaran daring dibatalkan dan akan diusahakan pembelajaran luring di sekolah. Mendengar informasi ini rasanya bahagia sekaligus lega akhirnya mimpi buruk itu tidak terjadi.

Dengan memenuhi protokol kesehatan yang ketat dan izin dari Satgas covid-19 akhirnya pembelajaran tatap muka bisa dilaksanakan. Walaupun kegiatan belajar mengajar belum bisa maksimal sampai sore hari.

Sekarang aku bersyukur bisa kembali merasakan pembelajaran secara langsung. Masa ini akan menjadi terakhir kalinya bertemu, bercerita dan bersenda gurau dengan teman-teman. Sebelum nantinya kita semua akan berpisah untuk melanjutkan cita-cita kita. Entah melanjutkan kuliah atau bekerja. Dan entah kapan kita akan bertemu kembali. Aku berharap semoga masih ada kesempatan dilain waktu untuk bertemu.

Masa ini menjadi yang paling berharga bagiku dan akan menjadi akhir menyandang status sebagai siswa SMA sebelum nantinya menjadi mahasiswa ataupun mahasiswi.

Sebagai penghujung artikel aku ingin menyampaikan banyak terimakasih untuk semua guru-guru yang telah memberikan ilmu pengetahuan, cerita perjuangan, motivasi, semangat dan masih banyak lainnya.


Komentar